Minggu, 21 Februari 2010

When Love someone

“Ahhhh, sudah jam 10!!”. Dia merneriaki dirinya sendiri dalam hati. Buat dirinya sendiri jam 10 adalah masih pagi. Sebuah realita yang harus ia kalahkan nantinya saat ia benar-benar berada dalam dunia abu-abu kehidupan. Bermodalkan cuci muka dan gosok gigi, ia sedikit berdandan rapi. Jauh di luar konten idealis dirinya sendiri yang sering kali tampil slengek-an. Berangkat dengan kemeja lengan panjang berwarna abu-abu dan celana jeans warna hitam, sedikit membuatnya tampak gagah. Tapi sendal jepit yang jadi andalan pijakan kakinya tetap menjadi andalan sejati. “Ntar saja pas sudah nyampe”, bisiknya pada diri sendiri. Jam 10, kehidupan jalan tak ubahnya saat sore. Saat semua orang pulang dari aktifitasnya. Geliat kuda-kuda besi di jalanan tak henti-hentinya membuat keadaan semakin sumpek. Ia mengeluarkan henponnya dan lebih memilih mendengarkan radio. “Udah lama banget gak denger radio”,gumamnya.Sebuah lagu dengan lirik berbahasa Inggris menemani perjalanannya saat itu. Yang ia hafal hanya lah bagian lirik lagu “when you love someone,,,,dan bla…bla…bla…”. Konsepnya akustik. “Mungkin band d’cinnamons” katanya. Setengah berusaha ia mengingat lagi band yang berkonsep akustik tersebut. Tapi jalanan yang padat membuatnya tak mampu membuatnya menyimak seluruh lagu tersebut. Terdengar samar-samar di telinga, antara raungan kendaraan yang merepet di jalanan yang sempit beradu dengan suara sang penyiar radio yang secara samar-samar menyebutkan siapa penyanyi yang membawakan lagu tersebut.Sesampainya di tempat yang ia tuju. Berbincang dengan seorang teman sementara. Kemudian ia mengeluarkan laptopnya dan menginstal beberapa software yang sekiranya akan di butuhkan dalam proses aktifitasnya nanti. Dalam proses pendonlotan tersebut, ia membolak-balik sebuah koran nasional hari ini. “Bullshit!!,” bisiknya. Akhirnya dia berpindah ke web broser yang ada di laptopnya. Ia membuka facebook dan melihat beberapa up-date status teman-temannya. “Tak ada yang menarik”, gumamnya. Log out, setelah itu ia membuka beberapa web dari media-media online. “Sama saja!!”.Dia memang agak skpetis dengan beberapa pemberitaan media jaman sekarang. Menurutnya tugas jurnalis di jaman sekarang lebih banyak spekulasi tidak jelas, ketimbang sebagai media yang memberikan informasi. Parahnya lagi media sekarang lebih banyak mengkonfrontir suatu keadaan sehingga lebih sering menimbulkan opini ngawur di kalangan masyarakat. “Media harus bertanggung jawab jika masyarakat Indonesia bertambah bodoh!!”.Begitulah isi hati yang ingin gdisampaikannya ketika tiba-tiba ada seorang wartawan yang datang menanyainya dan memintannya memberikan pendapat tentang sebuah peristiwa yang sekarang tengah terjadi di Indonesia.Sekarang ia menggali informasi lewat gogle. Sesuatu yang bahkan dianggap hampir sama dengan Tuhan, karena ia tahu segalanya. Begitu lah persamaan dari sebagian orang tentang mesin pencari bernama gogle. Setelah hampir cukup lama bergulat dengan gogle, ia mulai mengetikkan beberapa kalimat di lembar microsoft wordnya. Ya, hanya beberapa kalimat yang terdiri dari 4 sampai 5 halaman. Setelah itu terhenti, dan di save. Dan selalu begitu setiap hari, tanpa ada sebuah maksud yang jelas tentang apa yang ia tulis. Jam sudah menunjukkn jam 3 sore. Hampir 5 jam ia bergulat dengan dunia maya dan mengutak-ngatik tulisannya sendiri. “Saatnya pulang!” teriaknya, sehingga membuat orang yang di sekitar yang masih asik dan larut dalam pekerjaanya masing menjadi terkejut. Setelah membereskan setumpuk kertas dan laptopnya ke dalam tas, dan ketika melewati sebuah ruangan ia kembali mendengarkan lirik lagu yang kali ini terdengar jelas baginya “When you love someoneJust be brave to say that you want him to be with you”“Him?”“Ah lagunya terlalu cewek banget”, gumamnya.Setelah itu langkahnya terhenti untuk mendengarkan lanjutan lirik lagu yang membuatnya penasaran “When you hold your love Dont ever let it go Or you will loose your chance To make your dreams come true”Tanpa ia sadari dirinya sendiri dikagetkan oleh sebuah sapaan lembut dari belakang“Permisi, saya mau mengambil henpon saya”, ujarnya sambil menunjuk ke arah meja.Ternyata suara lagu itu memang berasal dari sebuah henpon yang terletak di meja.“Lhoh mas?, di sini juga?” ujar wanita tersebut.Dia terkaget setengah mati, ketika wajah si wanita terlihat jelas.“Oww ya,, ehmm,,”Diam tanpa kata.“Ehmm, pa kabar nih?”, si wanita menjulurkan tangannya.“Baik”, jawabnya singkat tanpa membalas uluran jabat tangan dari si wanita.“Mas kerja di sini ya?”, tanya si wanita.“Heee, gak juga, ni kantornya teman, biasa lah numpang nge-net gratis”, ujarnya dengan senyum setengah hati.“Aku lagi sama temen ku”, katanya sambil menunjuk ke arah pria, “lagi cari koneksi “ katanya. Dengan senyum yang di paksakan.“Aku duluan”, ujarnya sambil melambaikan tangannya kepada si wanita dan berpaling, lalu menghilang.Selama perjalanan, dia masih saja kepikiran dengan lagu itu dan tentu saja si wanita itu.Setahun yang lalu….Mereka pernah bersama-sama, dalam hujan, dalam tawa, dalam susah. Hanya saja dia tak pernah mengucapkan satu kata pun, demi arti sebuah pertemanan saat itu. “When you love someone, just be brave to say”, itu yang selalu terlintas di pikirannya dalam perjalanan pulang.“Git pinjam broadband donk??”. Buat donlot yee, satu aja kok,,hihihi, ujarnya”Donlot apa bung”? Sigit berbalik bertanya“Cuma satu lagu”, ujarnya berbalk lagi.“Lagu apa tu?”, ujar Sigit.“Lagu yang sangat tidak kamu sukai”. Ujarnya lagi sambil mayakinkan bahwa lagu yang akan di donlotnya memang tidak sesuai dengan selera sigit yang lebih suka mendengarkan peter pan.“Apa kata kuncinya”??. Dia tidak tahu itu lagu siapa, tidak tahu judulnya apa, dan dia tidak bertanya kepada si wanita yang pernah di temukannya setahun yang lalu.“D***!!, kutuknya dalam hati.Yang dia tau hanya bagian lirik when you love someone.Dia mulai mengetikkannya di gogle.Setelah membuka-buka, ia menemukan kata Endah N Rhesa-when you love someone “Mungkin yang ini”, bisiknya dalam hati.Klik kanan- open link in new windowIa menemukan sebuah tulisan yang ada penggalan “When you love someone”Secara sangat serius ia memperhatikan lagunya. Ia pun mengetikkan kata tambahan di belakang “when you love someone” dengan tulisan “free mp3”.“Dasar penjahat”, bisiknya pada diri sendiri.Setelah menunggu sekitar beberapa menit, akhirnya proses download pun rampung. Langsung saja ia putar dan masukkan dalam daftar winamp.“Ndiiii,,, modeeemm!,,,”“Oh ya”Dia pun bergegas ke kamar Sigit dan mengembalikan modem tersebut. Hampir selama sejam ia mendengarkan lagu tersebut. Dan hanya lagu yang sama.Pikirannya menerawang beberapa tahun yang lalu. Saat ia berkenalan dengan seorang cewek. Perkenalan yang di mulai karena mereka di tempatkan dalam sebuah tim dalam sebuah project. Project yang lebih khusus pada pengembangan anak-anak tepatnya. Komunikasi yang intens yang terjadi setiap hari, membuat ia merasa mulai menyukai cewek ini. Meskipun wanita ini bukan lah tipenya. “Bersama dalam hujan Untuk melihat satu pelangi yang sama Dan…..”Banyak hal-hal yang di rasanya indah saat bersama cewek itu. “Tapi itu hanya perasaan sementara saja” ujarnya dalam hati. “Ntar kalau project ini udah kelar, perasaan itu juga ilang”. 1 tahun kemudian…..Sekarang hari sudah berkahir. Sang surya sudah mulai menjauh dari langit. Diganti dengan hamparan bintang-bintang yang bertahta di angkasa. Ia sekali-kali melihat henponnya. Bukan untuk melihat jam, tapi seperti menunggu sesuatu. Setumpuk kertas masih bertumpuk di meja kerjanya. Kertas yang berisikan “ide gila” dengan coretan-coretan yang akan merubah garis nasib berjuta-juta anak di negri ini. Setidaknya itulah yang akan di sampaikannya saat presentasi nanti dengan jumawa. “And the truth , I miss you, Yeah the truth is, That I miss you so”.Ringtone henponnya berdering, sepenggal bait dari alunan suara musik Coldplay menjadi ringtonenya. Ia melirik henponnya, satu pesan singkat dari Putri, “Wow, ide lo keren banget. Gw gak bisa kasih jawaban, tapi pak Yusuf pasti akan menyukainya”.“Thanks”, balasnya singkat.Satu pesan lagi masuk, bagaimana kalau bikin perayaanya, ya mungkin dengan sekedar ngopi-ngopi?”.“Sorry, gw mau langsung balik ke kos”, balasnya.“Mmmm, ok, gw tau lo pasti sedang rencanain project berikutnya. Good luck ya J”.Bergegas ia membereskan tumpukan kertas di mejanya, ia mematikan laptopnya, dan menyandang ransel bututnya yang sudah robek. “Kost sweet kost”, bisiknya dalam hati.Di tengah orang-orang sedang berkeluh kesah soalnya panas hari ini, tiba-tiba langit menjadi hitam. “Hujan”?. “Ahhhhh, gombal warming memang aneh”, bisiknya dalam hati sambil tersenyum-tersenyum sendiri. Semua orang yang sedang berhenti di lampu merah memandangnya. Dan dia tiba-tiba berhenti tersenyam-senyum sendiri. “Bisa disangka orang gila gw”.Lampu masih merah, beberapa anak-anak yang berusia sekitar 7 tahun tampak mengadahkan tangannya sambil meminta-meminta. “Tenang nak, mudah-mudahan 5 tahun lagi kalau pemerintahan ini nggak brengsek, lo gak bakalan minta-minta lagi di jalanan”., bisiknya dalam hati dengan semangat yang membara.Lampu hijau!Bebebrapa meter dari lampu hijau, di sebuah coffe shop baru dengan desain minimalis, seorang wanita manis sedang berkutat dengan laptop. Baru saja menyelesaikan kasus kekerasan pada anak. Bekerja sama dengan komnas anak. Si manis ini baru saja mendapatkan promosi. Selain itu ia juga mendapatkan beasiswa untuk gelar doktornya di Dortmund, Jerman. “D*a*n!!”. inikan musim kemarau. Kenapa hujan?, gerutunya. Ia memarkir motornya di depan coffe shop tersebut. Mencoba menghindar dari langit yang sedang tiba-tiba menangis. Harapannya untuk segera pulang ke kost dan leyeh-leyeh tertunda. Ia melirik ke belakang. “Sing coffe shop”. Begitu tertulis brand coffe shopnya. “Hmmmmmfffttt,,, masuk gak ya??”, tanyanya dalam hati.Ia melangkahkan kaki ke dalam coffe shop. Duduk di sebuah pojok.Mengambil sebuah map berwarna biru. Tertulis setumpuk kalimat dalam bahasa Prancis yang tidak ia mengerti. Tapi isi dalam map itu berbahasa Inggris. “Untunglah”, katanya. Meskipun ia tak yakin, karena bahasa Inggrisnya masih payah.Ia membuka lembar demi lembar halaman. Di sana tertulis profil beberapa latar belakang anak-anak yang sedang mengalami nasib kurang menyenangkan. Imigran-imigran gelap dari Afrika yang datang ke Prancis untuk mencari perlindungan. Agar mereka terbebas dari konflik berkepanjangan yang terjadi disana. Ia diundang menjadi salah satu peserta rapat untuk membahas nasib anak-anak ini. “Apa yang seharusnya di lakukan?”. Karena pihak Prancis sendiri sudah kewalahan menghadapi masalah ini. Beribu-ribu anak-anak terlantar datang ke Negara tersebut, dan terkadang kerap masih mendapatkan perlakuan diskriminatif di Prancis. Hanya sekelompok kecil orang yang peduli bagaimana dengan nasib mereka. Itu pun bukan orang Prancis. Karena mereka lebih sibuk membahas tentang cinta dan keromantisan serta bagaimana caranya ikut memanaskan konflik nuklir Iran dengan terus mengembosi PBB. Ia melamun. Sebuah pesan singkat masuk melalui henponnya, terdengar keras dari ringtone. Hampir membuat beberapa orang yang ada di coffe shop tersebut berpaling ke arahnya. Dan termasuk si wanita manis tersebut.“Yah, pulang jam berapa?, Hati-hati di jalan ya Yah”.Seorang bocah berusia 10 tahun, mengirimkan pesan singkat itu kepadanya. Membuatnia tersenyum.“Ayah pasti pulang, sebelum maghrib”, ujarnya membalas pesan itu.Mochammad Amir, nama bocah itu. Seorang bocah cerdas yang hanya dalam waktu satu tahun sudah mampu menguasai bahasa Indonesia. Bocah yang tak mampu lagi berjalan dengan dua kakinya selayaknya manusia normal. Anak kecil tak berdosa yang dinodai dengan hantaman ribuan peluru, dan rudal di sebuah negara konflik.Ia lalu membuka folder my son di laptopnya. Berbagai ekspresi Amir tertangkap dalam ratusan potret kamera.“Dimas??”. Suara itu mengagetkannya. Ada yang memanggil namanya.“H…hiii, Wi”, ujarnya ragu-ragu.“Masih inget aku toh mas?”, ujar si manis.*”Dia masih manggil gw Mas??”*“Hmffftt, yaaa”, seraya mengangkat bahu.“Sendirian aja mas?”.“Ya seperti yang kamu lihat”, senyumnya sedikt sumbang saat itu.“Hmfft bole gabung”, tawar Dewi.“Silakan”, ujarnya singkat.Dewi mengangkat laptop, tas dan beberapa lembar kertasnya dan menaruhnya di mana Dimas duduk. Lalu ia kembali lagi untuk mengambil kopi dan piring kecil yang berisikan croissant. “Kamu gak berubah ya mas?”. Tanya dewi.“Masih dengan kopi favoritnya, sepatu kets adidas, dan celana robek”, ujarnya sambil melirik ke bawah.“Aku mau beli rokok dulu”, ujar Dimas singkat. “Dan rokok!”, sambung Dewi sambil terkekeh.Dimas hanya tersenyum kecut. Ia beranjak dari kursi dan melangkahkan kakinya ke bagian kasir untuk membeli sebungkus rokok putih favoritnya.Mereka duduk berdampingan. Secara tak sengaja Dewi melihat foto bocah berusia 10 tahun yang ada di laptop Dimas. Ia melihat sebuah file dengan tulisan, Amir Birthdays. Lalu ia membalikkan foldernya, tertulis “ My Son”. Dimas kembali ke mejanya.“Hmmfffttt, sorry tadi aku buka, folder di laptop mu”. “That’s okay”.“So,,, itu anakmu”?.“Yup”.“Heyyy, ibunya dimana?”Dimas menghela nafas sesaat. “Ibunya sudah meniggal”, ujarnya singkat.“Upps, sorry”, katanya sambil memegang mulutnya. Sebuah ekspresi yang masih sama satu setengah tahun yang lalu, ketika Dewi meminta maaf atas sesuatu.“Gak apa-apa, nyantai aja”. “Mmmm,,, kalau bole tau, “kenapa?” “, lanjut Dewi.“Perang”.“Hah?, perang?, mana ada perang di Indonesia”?.“Prasaan gak ada perang di Indonesia”, lanjut Dewi penasaran.Ringtone dengan sepotong lirik dari Endah N Rhesa “When you love someone”, berdentang. Dewi melirik ke arah Dimas. “Kamu….”“Coba liat folder ini”, ujar dimas, sambil membuka sebuah folder yang bertuliskan “Secret”.Dimas beranjak dari kursinya dan mengangkat henponnya yang berdering.`````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````Canda tawa menjadi bumbu dalam pertemuan mereka setelah satu tahun lamanya tak bertemu.“Oh ya Mas, kamu masih punya lagunya Endah N Rhesa, when you love someone”, kalau tidak salah……..”Ya, akhirnya aku download lagu itu dan jadiin ringtone hp”, ucapnya memotong pembicaraan Dewi.“Kalau seinget aku, waktu itu kamu,,,,”“Ya itu di kantornya Wawan waktu itu ya?”.Sebenarnya kedua insan ini terlihat sangat canggung berbicara berdua. Hanya candaan garing yang membuat mereka sesekali tertawa dan tersenyum. “Hmmmm, o ya waktu dulu kita pernah satu tim, kamu pernah cinlok gak seh mas”?.“Haha kamu ada-ada aja”.“Ya, sama Gilang misalnya atau Rani mungkin”“Gak mungkinlah”, ujarnya pendek.“Massssaaaaa ssiiihh,,,”, ujar Dewi ekspresi jahil.“Ganti topik aja dehhh”, ujar Dimas.“Gimana dengan kerjaan mu,,,,”, Dimas berbalik bertanya.Dewi mengambil alih laptop Dimas dengan sepihak. Ia mengontrol mouse, dan membuka folder “Writing” – “story” – “try to make love story”. “Ini!” ujarnya, sambil menunjuk ke sebuah file Microsoft bertitle “When you love someone”.“Itu kan cuma cerita”, biasalah cerita fiksi, dan,,,,,,,,“Tapi kamu pakai namaku, dan ceritanya nyata mas”, Dewi kali memotong pembicaraan Dimas.“Ini bukan fiksi!”. Lanjutnya.“Tapi,,,,,”“Kenapa kamu gak pernah bilang mas, kenapa, kamu gak pakai filosofis lagu yang kamu sukai “when you love someone”, “kenapa?”. Ekspresi Dewi, kali ini berubah.“Ah udah deh, ngapain kita berdebat soal ini, semuanya bisa terjadi pada semua orang kan”?, bantah Dimas, untuk menghentikan pembicaraan ini.Keduanya terdiam. “So,,?”, tanya Dimas.“Aku harus bilang sekarang dan lagi?”, lanjutnya.“Jarak Prancis dan Jerman tidak terlalu jauh kan?”, ketus Dewi dengan gaya cueknya.Sekarang dua tangan itu kembali bersatu. Sebuah romansa yang memungkinkan.

0 komentar:

Posting Komentar